PEREMPUAN SPIRITUALIS DALAM TRADISI JAWA (Studi Kasus di Kabupaten Tulungagung)

FATIMATUZ ZAHRO, 2832133011 (2018) PEREMPUAN SPIRITUALIS DALAM TRADISI JAWA (Studi Kasus di Kabupaten Tulungagung). [ Skripsi ]

[img]
Preview
Text
COVER.pdf

Download (2MB) | Preview
[img]
Preview
Text
ABSTRAK.pdf

Download (321kB) | Preview
[img]
Preview
Text
DAFTAR ISI.pdf

Download (173kB) | Preview
[img] Text
BAB I.pdf

Download (389kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (396kB)
[img]
Preview
Text
BAB III.pdf

Download (253kB) | Preview
[img]
Preview
Text
BAB IV.pdf

Download (167kB) | Preview
[img]
Preview
Text
DAFTAR RUJUKAN.pdf

Download (157kB) | Preview

Abstract

ABSTRAK Skripsi dengan judul “Perempuan Spiritualis dalam Tradisi Jawa” ini ditulis oleh Fatimatuz Zahro NIM. 2832133011, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Tulungagung dibimbing oleh Bapak Dr. A. Rizqon Khamami, Lc. M.A. Kata Kunci: Perempuan, Spiritualitas, Kejawaan Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fakta bahwa posisi perempuan dalam wacana agama selalu ditempatkan di kelas kedua (the second sex). Dalam agama dunia (Yahudi, Kristen, Islam) jarang ditemukan seorang spiritualis perempuan, bahkan hampir tidak ditemukan. Sedangkan yang selama ini menguasai sejarah dan wacana agama adalah laki-laki. Hal serupa tidak hanya berlaku pada hukum suatu agama saja, namun juga dalam hal spiritualitas. Dimensi transenden yang ditawarkan suatu agama dengan segenap pengalaman eskatologinya, seakan-akan tidak memberi tempat bagi perempuan. Bisa dilihat dalam bidang tasawuf, mayoritas sufi adalah laki-laki, hanya ada satu perempuan yang kita kenal yaitu Rabi’ah al-Adawiyah. Begitu juga dalam bidang tafsir dan sejarah agama-agama yang lain tidak kalah buramnya. Budaya patriarkilah yang selalu memberikan ruang pada perempuan untuk berada di dalam rumah, berjibaku dengan seluruh rutinitas harian. Kesibukan domestik telah menutup akses perempuan untuk bersentuhan dengan dunia di luar rumah. Itulah yang menjadi salah satu alasan tidak banyak ditemukan spiritualis perempuan dalam tradisi agama dunia. Pandangan yang semacam ini, dibantah oleh teolog feminis yang hadirnya bermaksud sebagai reaksi protes terhadap dominasi dan penindasan atas perempuan yang telah berlangsung berabad-abad lamanya. Para teolog feminis sendiri yakin bahwa adanya pola hierarki yang terjadi akibat adanya legitimasi dari tafsir agama. Dan bagaimana jika dalam tradisi Jawa? Apakah sama dengan agama-agama dunia atau sebagaimana agama dan kepercayaan lainnya? Rumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah (1) Bagaimana hubungan spiritualis dalam tradisi Jawa dengan tradisi Islam Jawa dan Mistik?, (2) Bagaimana posisi perempuan dalam tradisi spiritualitas Jawa? Skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam dunia keilmuan terkait spiritualis perempuan yang pada kenyataannya dalam tradisi Jawa ini memang terbukti ada. Hal ini dapat mengembangkan khazanah keilmuan mengenai kearifan lokal (local genuine) yang memang pada kenyataannya tidak bisa terlepaskan dari masyarakat. Penelitian ini diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat utamanya para akademisi yang selama ini menempatkan posisi perempuan yang tersubordinat, menstereotipekan perempuan dan membatasi ruang gerak perempuan. Dengan penelitian ini maka akan tercipta kesetaraan dan dapat berjalan beriringan tanpa ada segregasi gender. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian etno-feminism. Lebih spesifiknya adalah penelitian etnografi dengan menggunakan perspektif feminisme. Etnografi merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view (memunculkan pandangan suatu kebudayaan dari penduduk aslinya sendiri). Dan feminisme digunakan sebagai kacamata dalam memandang gerakan perempuan. Dengan berbagai tahapan penelitian, mulai wawancara terbuka dan mendalam, observasi-partisipasi, kajian atas literatur buku dan dokumentasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) Dalam tradisi Jawa, seorang spiritualis dalam meningkatkan spiritualitasnya selalu menjalankan laku tertentu agar tercapai apa yang menjadi tujuannya, dimensi transenden. Dan hal tersebut berhubungan erat dengan tradisi Islam Jawa dan mistik, yang masih terkait erat dengan tasawuf dan eskatologi Jawa yang tergambarkan pada pantheisme. (2) Paham dan kultur agama di dunia, juga pola hierarki ternyata tidak berlaku dalam tradisi jawa. Tradisi jawa sendiri lebih menerapkan kehidupan yang mengagungkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Jika kita memahami kultur Jawa itu sendiri, memang perempuan ditempatkan dalam posisi yang tinggi. Sebagai simbol moralitas, perempuan digambarkan sebagai sosok ibu atau ratu. Begitu juga dalam hal spiritualitas. Dalam sejarahnya, spiritualis perempuan direpresentasikan pada ibu Tribuwana Tungga Dewi, Ratu Sima, Ratu Kalinyamat, dan ibu Dewi Gayatri Rajapatni sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa seorang spiritualis perempuan bukanlah hal yang baru. Terbukti kemunculan sosok perempuan-perempuan tersebut diatas membuktikan spiritualis perempuan sudah kita kenal sejak berabad-abad silam. Dan saat ini, perempuan spiritualis turut mewarnai spiritualitas dalam tradisi Jawa, yang direpresentasikan sebagai dukun, dalang maupun juru kunci.

Item Type: Skripsi
Subjects: Agama
Filosofi
Divisions: Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Filsafat Agama
Depositing User: 2832133011 FATIMATUZ ZAHRO
Date Deposited: 21 May 2018 06:46
Last Modified: 21 May 2018 06:46
URI: http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/7320

Actions (login required)

View Item View Item